HAKIKAT
MEDITASI BUDHISH DAN
PERBANDINGANNYA
DENGAN HINDUISM
Dosen: Syaiful Azmi
Oleh
Nama: Ernik Sulis Setiawati
Nim: 1110034000088
Simester: 111 (Tiga)
JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1433 H/2011 M
HAKIKAT
MEDITASI BUDHISH DAN
PERBANDINGANNYA
DENGAN HINDUISM
A.
Hakikat Meditasi
Pada
hakikatnya meditasi merupakan upaya atau sarana dalam membiasakan diri, agar
senantiasa mempunyai sikap yang positif, realistis, dan konstruktif.[1]
Meditasi dilakukan menggunakan akal pikiran, artinya meskipun seseorang duduk
dengan sikap sempurna, dan menggunakan waktu yang lama, namun pikirannya
berlari kemana-mana dengan liarnya maka hal semacam ini tidak dikatakan
meditasi. Meditasi Buddhis pada dasarnya berkaitan
dengan dua tema: mengubah pikiran dan menggunakannya untuk mengeksplorasi
dirinya sendiri dan fenomena lain.
Meditasi yang sebenarnya adalah pemusatan
pikiran dan pandangan tanpa adanya gangguan terhadap objek-objek lain yang
dapat merusak meditasi tersebut. Sehingga dapat terciptanya sifat welas
asih, cinta kasih dan mampu memahami hakikat kehidupan ini.
Meditasi bukan merupakan pelaksanaan kemarin atau kini. Sejak dahulu
kala orang telah melakukannya dengan berbagai cara; para yogi, orang suci dan
pencari Penerangan Sempurna dari tiap zaman telah melakukannya dan telah
memperoleh hasilnya dan mencapainya melalui meditasi. Tak pernah ada dan tak
mungkin ada suatu pembentukan akhlak atau pembersihan batin tanpa melalui meditasi
adalah jalan yang dipergunakan oleh Sang Buddha Sidharta Gotama untuk mencapai
tingkat tertinggi dari Kebijaksanaan Mutlak.
Meditasi bukan hanya bagi India atau hanya untuk zaman Sang Buddha, namun untuk semua manusia pada situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan, agama, batas waktu ataupun ruang tidaklah menjadi halangan untuk melakukan meditasi.
Meditasi bukan hanya bagi India atau hanya untuk zaman Sang Buddha, namun untuk semua manusia pada situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan, agama, batas waktu ataupun ruang tidaklah menjadi halangan untuk melakukan meditasi.
B.
Bentuk-bentuk meditasi dalam Budhish
Meditasi dalam Budhish terdapat dua bentuk meditasi, yaitu:
Ø Meditasi
Samatha-Bhavana yaitu meditasi yang dilakukan untuk mencapai ketenangan hidup.
Meditasi ini secara umum berfungsi untuk menghilangkan stress, frustasi, dan
menciptakan keteangan batin..
Ø Meditasi
Vipassana-Bhavana yaitu meditasi yang dapat membersihkan kotoran batin dan
pikiran secara total, sehingga dapat mencapai pemikiran yang terang.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Sidharta Gautama hingga mencapai
penerangan dan pengetahuan ter tinggi.[2]
Dalam gaya meditasi Vipassana kesadaran
awalnya difokuskan pada naik dan turunnya nafas dan kemudian (saat respirasi
hampir diskors dan pikiran dan hati masih) di kedua beberapa simbol sederhana
(nyala lilin), bagian tubuh (ibu jari atau ujung hidung) atau konsep (yang
diberikan salah satunya adalah tidak mungkin untuk membangkitkan gangguan
emosional atau intelektual).
C.
Tujuan meditasi
Dalam kepercayaan Budhish, meditasi merupakan proses pembersihan
jiwa bagi setiap penganut agama budha. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak hanya
seorang bikhu saja yang dapat melakukn meditasi.
Meditasi mempunya banyak tujuan diantaranya:
Ø Pelaksanaan
meditasi dapat menbersihkan jiwa
Ø Pelaksanaan
meditasi dapat menumbuhkan kebiasaan baik dari pikiran
Ø Meditasi mampu
merubah tingkah laku sehari-hari, yaitu yang
tergolong dari sifat-sifat tercela menjadi lebih baik.
Ø Dapat membersihkan
sifat serakah yang akan mengakibatkan kesombongan dan rassa tidak puas hingga
menjadi orang yang selalu berterimakasih tehadap apa yang ia miliki.
Ø Hingga mampu
mencapai kebahagiaan yang sejati.
D.
Perbandingan meditasi
Budhish dan Hindu
Tidak
hanya meditasi yang dikenal dalam tradisi Budhish, namun dalam agama Hindu juga
memiliki tradisi ritual nyaris sama. yang biasa disebut Tapa. Tapa
artinya pengekangan diri, pengendalian indra atau hawa nafsu.[3]
Tapa juga berarti meninggalkan keduniaan, dengan cara mengendalikan diri. Tapa
atau meditasi tidak semata-mata melakukannya dengan mengasingkan diri ditepi
sungai sebagaiman yang dilakukan oleh Sidharta Gauthama atau ditepi hutan dll.
Namun tapa disini mempunyai arti yang identik dengan brata/pengendalian diri,
keinginan dan melaksanakan pantangan dalam agama Hindu. Dan dalam ajaran agama
ini tapa/ meditasi tidak terikat oleh waktu dalam arti dapat dilakukan kapan
saja dan patung-patung adalah sarana atau alat yang membantu para tapa dalam
konsentrasi tapa tersebut. Diantara tujuan meditasi dalam agama hindu antara
lain:
Ø Umat Hindu
meyakini bahwa Tuhan dapat disadari dengan Meditasi dan penyerahan diri.
Ø Patung adalah
merupakan alat dalam memfokuskan pikiran dan merupakan symbol ketuhanan.
Ø Yang dimana
pada intinya tujuan meditasi adalah untuk membersihkan hati, pikiran, tingkah laku guna mencapai
kebahagiaan yang sejati.[4]
E.
Sarana & tempat meditasi
Dalam
agama Budha meditasi tidak hanya dilakukan ditempat-tempat ibadah misalnya di Wihara atau ditempat-tempat
ibadah lainya, namun dapat juga dilakukan di tempat-tempat terbuka.
Sarana yang digunakan
adalah patung Buddha, namun pada umumnya dalam altar Buddhis terdapat
objek-objek lain yang bertujuan untuk mengingatkan akan ajaran Buddha itu
sendiri, misalnya dupa, lilin, bunga, buah, air dan bacaan kitab-kitab suci yang dapat dimanfaatkan dalam meditasi
tersebut.
Dengan bersila di bawah pohon yang kemudian terkenal sebagai pohon Bodhi
atau pohon Penerangan Sempurna, di tepi sungai Neranjara, di Gaya (kini dikenal
dengan sebutan Buddhagaya) suatu tempat yang sejuk dan mendorong kemantapan
batin dan dengan tekad yang membaja,
Sebagaimana yang di praktikan oleh
Sidharta Gauthama dan begitu pula dalam ajaran agama Hindu dapat dilakukan
dikuil, atau dimana saja namum tempat-tempat tersebut dapat membantu
memfokuskan pikiran dalam meditasi
tersebut.
F.
Hikmah meditasi
Meditasi
ini adalah merupakan sarana dalam melatih kesadaran sejati, kesucian jiwa, dan
untuk mencapai pengetahuan tertinggi. Namun kesempurnaan dapat dicapai melalui
motivasi kesungguhan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, sehingga meditasi
ini dikatakan sebagai suatu hal yang sangat penting. Mengkonsentrasikan pikiran
dalam meditasi adalah upaya dalam mencapai kesuksesan.
Bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan perhatian tunggal-tajam, yang
terakhir termasuk praktek-praktek bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan
kebijaksanaan melalui melihat sifat sejati dari realitas.
G.
Daftar pustaka
Bansi
Pandit. Pemikiran Hindu. Paramita: Surabaya. 2003
K.M.
Suhardana. Upawasa, Tapa, Dan Brata. Paramita: Surabaya. 2006
Maha
Nayaka Stavira K. Jinarakitha. Meditasi I Pendidikan Tinggi Agama Budha.
Vajra Dharma Nusantara: Jakarta. 2004
Romdhon
Dkk. Agama-Agama Di Dunia. IAIN Sunan Kalijaga Press: Yogyakarta. 1988
[1] Maha Nayaka Sthavira A. Jinarakitha, Meditasi I Pendidikan Tinggi
Agama Budha (Vajra Dharma Nusantara: Jakarta 2004). hal. II
[2] Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia (IAIN Sunan KaliJaga Press:
Yogyakarta 1988). Hal. 109
[3] K.M. Suhardana, Upawasa, Tapa dan Brata Berdasarkan Agama Hindu,
(Paramita: Surabaya 2006). hal. 3
[4] Bansi Pandit, Pemikiran Hindu, (Paramita: Surabaya 2003). hal. 124
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق